Bacaan Alkitab: Ayub 27:1-6
TUHAN mengajar saya untuk menjalani kehidupan dengan SABAR menanti jawaban TUHAN dan IKLAS menerima sebuah kenyataan. Pribadi Ayub adalah pribadi yang sulit dipahami dan diterka oleh teman-temannya bahkan oleh istrinya sendiri. Keadaan buruk yang dialaminya tidak membuat ia berkecil hati dan meninggalkan TUHAN. Tetapi justru itu dipandang sebagai sebuah ujian untuk proses kemurnian dan kedewasaan iman (Ayub 23:10). Ayub didera dengan banyak masalah, kehidupan yang diwarnai dengan kengerian dan kepedihan hati yang memaksa ia harus meninggalkan TUHAN, namun ia tidak melakukannya. Kuncinya adalah KESABARAN menanti jawaban TUHAN dan KEIKLASAN mejalani kehidupan apa adanya, walaupun seakan-akan TUHAN tidak lagi menyatakan keadilan-Nya yang membuat hatinya menjadi pedih seperti pengakuannya (Ay. 2).
Bagaimana Ayub bisa kuat melewati masa-masa sulit dalam perjalanan hidupnya yang begitu sulit untuk diterima dan dipahami oleh akal sehat kita? Ayub memiliki rahasianya, rahasian itu juga dibagikan kepada kita yang mau menjalani kehidupan dengan KESABARAN dan KEIKLASAN:
1. Berusaha Menjaga Kemurnian Hati Di Hadapan TUHAN (Ay. 2-3)
Walaupun kesulitan mendera hidupnya, masalah datang bertubi-tubi, menjadi sasaran olok-olokan, TUHAN terasa jauh, seakan Dia tidak peduli dengan keberadaannya yang semakin kritis namun ia tetap berpikir positif. Ia berusaha mengelola perasaan dan hatinya supaya pikirannya tetap terarah kepada TUHAN dengan kesadaran bahwa hidup ini adalah karena ijin TUHAN. Ia berkata “Demi Allah yang hidup, yang tidak memberi keadilan kepadaku, dan demi Yang Mahakuasa, yang memedihkan hatiku, selama nafasku masih ada padaku, dan roh Allah masih di dalam lubang hidungku, maka bibirku sungguh-sungguh tidak akan mengucapkan kecurangan, dan lidahku tidak akan melahirkan tipu daya” (Ay. 2-4).
2. Berusahan Untuk Menjaga Kemurnian Sikaf Di Hadapan TUHAN (Ay. 4, 6b).
Rahasia kedua yang lahir dari kemurnia hati adalah kemurnian sikaf. Bagaimana cara Ayub menjaga kemurnian sikafnya dalam menghadapi situasi sulit agar tetap berkenan kepada TUHAN?. Ia berlaku jujur dan berusaha hidup tidak bercela. “Maka bibirku sungguh-sungguh tidak akan mengucapkan kecurangan, dan lidahku tidak akan melahirkan tipu daya” (Ay. 4), “hatiku tidak mencela sehari pun dari pada umurku”. (Ay. 6b).
3. Membangun Komitmen Diri Untuk Tetap Berpegang Teguh kepada Kebenaran (Ay. 5-6a).
Komitmen adalah tekad dan kemauan yang kuat. Karena memiliki komitmen yang kuat, tidak ada asalan bagi kita untuk menyerah. Demikian pula Ayub, karena komitmennya yang begitu kuat untuk tetap berpegang teguh kepada kebenaran, kesulitan, tantangan, keadaan fisik yang semakin melemah karena penyakit tidak menghalangi langkahnya untuk terus berjuang melangkah maju, dengan terus menjaga kemurnia hati dan kemurnian sikaf di hadapan TUHAN.
Berdasarkan kepada hal itu, Ayub benar-benar memiliki kualitas keimanan yang murni, kesabaran dan keiklasan yang teruji. Ayub keluar sebagai pemenang bahkan lebih dari sekedar pemenang, TUHAN pulihkan keadaannya bahkan mengembalikan apa yang telah hilang (Ayub 42:7-16).
Mari kita belajar seperti pribadi Ayub, menlajani kehidupan apa adanya, sabar dan penuh keiklasan. Berusaha untuk menjaga kemurnian hati kita, sikaf kita dan membangun komitmen diri untuk terus berpegang teguh kepada kebenaran firman TUHAN. TUHAN akan memulihkan keadaan kita. Apapun yang kita alami, TUHAN akan menyelesaikan bagi kita (Mzm. 37:5; 138:8). TUHAN memberkati.
Amourously Of Christ:
KeTUT MARDIASA
No comments:
Post a Comment