Pembacaan Alkitab: Lukas 19:41-44
Alkitab mencatat dua peristiwa di mana Yesus menangis, yaitu: di dekat kubur Lazarus dari Betania (Yoh 11:35) dan pada saat Ia memandang kota suci Yerusalem. Apakah yang menggerakkan Yesus untuk menangisi kota Yerusalem ketika Dia memandang kota itu?
Yesus datang ke kota Yerusalem untuk menawarkan para penduduknya pembebasan yang sejati dan suatu damai-sejahtera yang tidak dapat diberikan oleh penguasa dunia manapun, yaitu pengampunan dosa dan rekonsiliasi dengan Bapa surgawi. Yerusalem mendapat namanya dari sepatah kata Ibrani, yaitu Salem yang berarti “damai”. Namun sangat disayamgkan, penduduk kota Yerusalem belum siap untuk menyambut sang “Raja Damai”. Yesus Berkata:
“Engkau tidak mengetahui saat ketika Allah datang untuk menyelamatkan engkau” (Luk 19:44).
Dalam artian tertentu Yesus sebenarnya menghidupkan kembali suatu episode dalam sejarah kota suci ini yang sudah berumur kurang lebih 600 tahun: Pada masa hidup Yeremia, ketika Yerusalem sedang menghadapi sebuah penyerbuan besar-besaran dari pasukan Babel pada tahun 586 sM dan bait Allah yang didirikan oleh Salomo dihancurkan Yer. 39:1-10). Nubuatannya yang dibuatnya sambil menangis ini terpenuhi ketika pasukan tentara Romawi menghancurkan kota suci Yerusalem dan praktis meratakan Bait Suci pada tahun 70 M.
Perlu kita catat, bahwa walaupun Yesus meratapi kota Yerusalem bukanlah berarti Dia tidak berpengharapan dan takut menghadapi ancaman maut yang sedang mengangakan mulutnya yang ada dihadapan-Nya:
“Alangkah baiknya jika pada hari ini juga engkau mengerti apa yang perlu untuk damai sejahteramu!” (Luk 19:42).
Beberapa Alasan mengapa Yesus menangisi kota Yerusalem, yaitu:
1. YESUS MENANGIS KARENA IA MELIHAT KEBUTUHAN BESAR BAGI PENDUDUK KOTA YERUSALEM, NAMUN MEREKA TIDAK MENGERTI DAN TIDAK PERNAH MENYADARI AKAN KEBUTUHAN ITU (AY. 42A).
“Wahai, betapa baiknya jika pada hari ini juga engkau mengerti apa yang perlu untuk damai sejahteramu”
Apakah kita mengetahui apa saja yang memungkinkan terciptanya damai-sejahtera? Damai-sejahtera yang ditawarkan oleh Yesus lebih daripada sekadar tidak adanya konflik dan peperangan. Damai-sejahtera dari Yesus berarti pembebasan dari keterikatan pada rasa takut, pembebasan dari prasangka, kebencian dan penolakan. Damai-sejahtera dari Yesus adalah kebebasan dari dosa yang datang selagi kita memusatkan pikiran hati kita, pandangan mata kita kepada Yesus dan mencoba untuk berjalan mengikuti perintah-perintah-Nya dalam ketaatan. Inilah satu-satunya damai-sejahtera yang membawa kesembuhan, rahmat, serta persatuan dan kesatuan dalam keluarga, komunitas, dan bahkan seluruh negara dan bangsa dapat mengenal damai-sejahtera ini apabila mereka sungguh-sungguh menyingkirkan berbagai halangan yang mencegah mereka untuk datang kepada TUHAN Yesus.
2. YESUS MENANGIS KARENA KETERBATASAN MEREKA MEMAHAMI KENYATAAN YANG AKAN TERJADI (AY. 42B-44).
Yesus memahami keadaan mereka, bahwa mereka akan segera menghadapi sebuah kehancuran. Namun mereka merasa diri mampu untuk membebaskan diri dari malapetaka yang akan datang. Mereka tidak mengetahui bahwa Allah sedang melawat mereka (ay. 44b). Yesus menganis melihat keadaan itu. Bait Suci di Yerusalem akan dihancurkan dan kemegahannya hanya tinggal kenangan (Luk. 21:5-6). Pembebasan yang akan Yesus tawarkan terhadap penduduk kota Yerusalem bukanlah pembebasan dari kenyataan yang bisa kita lihat, tetapi pembebasan dari maut yang diakibatkan oleh dosa-dosa kita.
Mereka menolak Yesus, beberapa hari lamanya Ia mengajar di bait Allah, maun ia harus mengahdapi kenyataan pahit, siksaan, hinaan, hujatan harus Ia terima sampai pada akhirnya berakhir di atas kayu Salib.
PENUTUP:
Kita mungkin terlalu sering membuat Yesus menangis, Ia datang dengan penuh kasih karena kebutuhan kita sendiri, namun sikap kita menolak Dia. Kita akan merasa sedih, ketika ketulusan kita untuk memberi, menolong, namun apa yang kita lakukan sama sekali tidak dihargai, demikian juga dengan TUHAN Yesus, ketika ketulusan-Nya, kasih-Nya dan pengorbanan-Nya ditolak, karena mereka merasa diri masih mampu dan tidak mau tahu tentang rencana dan kehendak TUHAN. Mari kita hidup dalam penyerahan diri kepada-Nya, supaya kita dimampukan memahami rencana-Nya bagi kita. TUHAN Memberkati..
Amourously Of Christ:
KeTUT MARDIASA
Alkitab mencatat dua peristiwa di mana Yesus menangis, yaitu: di dekat kubur Lazarus dari Betania (Yoh 11:35) dan pada saat Ia memandang kota suci Yerusalem. Apakah yang menggerakkan Yesus untuk menangisi kota Yerusalem ketika Dia memandang kota itu?
Yesus datang ke kota Yerusalem untuk menawarkan para penduduknya pembebasan yang sejati dan suatu damai-sejahtera yang tidak dapat diberikan oleh penguasa dunia manapun, yaitu pengampunan dosa dan rekonsiliasi dengan Bapa surgawi. Yerusalem mendapat namanya dari sepatah kata Ibrani, yaitu Salem yang berarti “damai”. Namun sangat disayamgkan, penduduk kota Yerusalem belum siap untuk menyambut sang “Raja Damai”. Yesus Berkata:
“Engkau tidak mengetahui saat ketika Allah datang untuk menyelamatkan engkau” (Luk 19:44).
Dalam artian tertentu Yesus sebenarnya menghidupkan kembali suatu episode dalam sejarah kota suci ini yang sudah berumur kurang lebih 600 tahun: Pada masa hidup Yeremia, ketika Yerusalem sedang menghadapi sebuah penyerbuan besar-besaran dari pasukan Babel pada tahun 586 sM dan bait Allah yang didirikan oleh Salomo dihancurkan Yer. 39:1-10). Nubuatannya yang dibuatnya sambil menangis ini terpenuhi ketika pasukan tentara Romawi menghancurkan kota suci Yerusalem dan praktis meratakan Bait Suci pada tahun 70 M.
Perlu kita catat, bahwa walaupun Yesus meratapi kota Yerusalem bukanlah berarti Dia tidak berpengharapan dan takut menghadapi ancaman maut yang sedang mengangakan mulutnya yang ada dihadapan-Nya:
“Alangkah baiknya jika pada hari ini juga engkau mengerti apa yang perlu untuk damai sejahteramu!” (Luk 19:42).
Beberapa Alasan mengapa Yesus menangisi kota Yerusalem, yaitu:
1. YESUS MENANGIS KARENA IA MELIHAT KEBUTUHAN BESAR BAGI PENDUDUK KOTA YERUSALEM, NAMUN MEREKA TIDAK MENGERTI DAN TIDAK PERNAH MENYADARI AKAN KEBUTUHAN ITU (AY. 42A).
“Wahai, betapa baiknya jika pada hari ini juga engkau mengerti apa yang perlu untuk damai sejahteramu”
Apakah kita mengetahui apa saja yang memungkinkan terciptanya damai-sejahtera? Damai-sejahtera yang ditawarkan oleh Yesus lebih daripada sekadar tidak adanya konflik dan peperangan. Damai-sejahtera dari Yesus berarti pembebasan dari keterikatan pada rasa takut, pembebasan dari prasangka, kebencian dan penolakan. Damai-sejahtera dari Yesus adalah kebebasan dari dosa yang datang selagi kita memusatkan pikiran hati kita, pandangan mata kita kepada Yesus dan mencoba untuk berjalan mengikuti perintah-perintah-Nya dalam ketaatan. Inilah satu-satunya damai-sejahtera yang membawa kesembuhan, rahmat, serta persatuan dan kesatuan dalam keluarga, komunitas, dan bahkan seluruh negara dan bangsa dapat mengenal damai-sejahtera ini apabila mereka sungguh-sungguh menyingkirkan berbagai halangan yang mencegah mereka untuk datang kepada TUHAN Yesus.
2. YESUS MENANGIS KARENA KETERBATASAN MEREKA MEMAHAMI KENYATAAN YANG AKAN TERJADI (AY. 42B-44).
Yesus memahami keadaan mereka, bahwa mereka akan segera menghadapi sebuah kehancuran. Namun mereka merasa diri mampu untuk membebaskan diri dari malapetaka yang akan datang. Mereka tidak mengetahui bahwa Allah sedang melawat mereka (ay. 44b). Yesus menganis melihat keadaan itu. Bait Suci di Yerusalem akan dihancurkan dan kemegahannya hanya tinggal kenangan (Luk. 21:5-6). Pembebasan yang akan Yesus tawarkan terhadap penduduk kota Yerusalem bukanlah pembebasan dari kenyataan yang bisa kita lihat, tetapi pembebasan dari maut yang diakibatkan oleh dosa-dosa kita.
Mereka menolak Yesus, beberapa hari lamanya Ia mengajar di bait Allah, maun ia harus mengahdapi kenyataan pahit, siksaan, hinaan, hujatan harus Ia terima sampai pada akhirnya berakhir di atas kayu Salib.
PENUTUP:
Kita mungkin terlalu sering membuat Yesus menangis, Ia datang dengan penuh kasih karena kebutuhan kita sendiri, namun sikap kita menolak Dia. Kita akan merasa sedih, ketika ketulusan kita untuk memberi, menolong, namun apa yang kita lakukan sama sekali tidak dihargai, demikian juga dengan TUHAN Yesus, ketika ketulusan-Nya, kasih-Nya dan pengorbanan-Nya ditolak, karena mereka merasa diri masih mampu dan tidak mau tahu tentang rencana dan kehendak TUHAN. Mari kita hidup dalam penyerahan diri kepada-Nya, supaya kita dimampukan memahami rencana-Nya bagi kita. TUHAN Memberkati..
Amourously Of Christ:
KeTUT MARDIASA
No comments:
Post a Comment