Pemcabaan Alkitab: Markus 9:33-37
“Lalu Yesus duduk dan memanggil kedua belas murid itu. Kata-Nya kepada mereka: "Jika seseorang ingin menjadi yang terdahulu, hendaklah ia menjadi yang terakhir dari semuanya dan pelayan dari semuanya.” (Ay. 35).
TUHAN Yesus memanggil murid-murid-Nya adalah untuk melayani, bukan keinginan untuk dihormati dan kemudian berlomba-lomba untuk menjadi yang paling utama. TUHAN Yesus menegor murid-murid-Nya, mereka bertengkar, memperebutkan kekuasaan (Ay. 34: Luk. 9:46). Mereka tidak menyadari bahwa mereka dipanggil untuk melayani bukan untuk dilayani (Mrk. 10:43-45).
Seorang pelayan hanya berkewajiban untuk melayani. Disebut sebagai pelayan karena tugasnya untuk melayani, setia mengabdi dan tunduk pada peraturan dan bukan mengejar kenpentingan dan kepuasan diri. Firman TUHAN dalam Markus 9:33-37, mengajar kita untuk menjadi Pelayan yang Melayani:
1. Seorang pelayan seharusnya tidak ada hasrat dan keinginan untuk mengejar harga diri dan kekuasaan (Ay. 33-35)
Murid-murid yang seharusnya menjadi teladan dan melayani dengan tulus tetapi sebaliknya mereka merasa perlu dihargai oleh sesamanya, sehingga terjadi sebuah perdebatan dan pertengkaran di antara mereka. Masing-masing menganggap diri penting dan lebih berkuasa. Mereka bertengkar tentang siapa yang lebih besar di antara mereka (Ay. 34). Mereka mengejar harga diri dan kekuasaan di dunia ini untuk menjadi yang pertama, tetapi teguran TUHAN Yesus, mereka bukannya akan menjadi yang pertama tetapi justru sebaliknya, ia akan menjadi yang terakhir (bukan harus menjadi yang terakhir) dari semua (Ay. 35b).
“And he sat down, and called the twelve, and saith unto them, If any man desire to be first, the same shall be last of all, and servant of all (KJV: Mark 9:35)
“Maka Isa pon doedoeklah, laloe dipanggilnja kadoewa-belas orang itoe, katanja kapadanja: Djikalau barang sa'orang hendak mendjadi jang pertama, ija-itoe kelak mendjadi jang terkemoedian dan hamba orang sakalian.” (Klinkert 1879: Mark 9:35)
“Maka kapan doedoek Toehan panggil dateng doewa-blas moeridnja, serta berkata sama dia-orang: Kaloe sa-orang maoe djadi jang sakali, dia nanti djadi jang blakang-kali dari samowanja, serta hambanja samowanja.” (Klinkert 1863: Mark 9:35)
Jika seorang pelayan mengejar kekuasaan dan keinginan untuk dihargai, maka ia akan diperhamba oleh keinginannya sendiri dan lebih buruk dari apa yang ia harapkan. Orang yang berusaha untuk meninggikan diri akan direndahkan (Mat. 23:12). Rendahkanlah dirimu di hadapan TUHAN, maka Ia akan meninggikan kamu (Yak. 4:10).
2. Seorang pelayan tidak mengedepankan kepentingan diri, hanya kesempatan dan kewajiban untuk bekerja keras menjadi hamba yang baik, yaitu melyani (Ay. 35)
Seorang pelayan harus menyadari bahwa, tidak ada kedudukan yang lebih pantas dan lebih penting bagi dirinya selain melayani. Jika ia menghendaki kedudukan yang lebih baik; “JIka seseorang ingin menjadi yang terdahulu…” maka ia harus bekerja keras, dan lebih sibuk dengan tugasnya sebagai seorang pelayan dan tidak mengedepankan hasrat dan kepentingan dirinya sendiri untuk menjadi yang terdepan dari semuanya, sehingga tidak terjadi pertengkaran. Ia harus menjadi pelayan semua orang dan bukan melayani dirinya sendiri, bukan mengejar jabatan atau kekuasaan tetapi mengedepankan kewajiban.
Jikalau seorang pelayan hanya mengedepankan kepentingan dirinya sendiri, maka ia akan gagal menunaikan tugas-tugasnya sebagai seorang pelayan, ia akan kehilangan kesempatan untuk menjadi yang terbaik. Kepentingan dirinya sendiri akan menggagalkan semua keinginannya.
3. Seorang pelayan memiliki kerendahan hati untuk mengerjakan hal-hal yang dianggap tidak penting, namun perlu mendapat perhatian (Ay. 36-37).
Seorang pelayan tahu apa yang harus dilakukan dan bertanggung jawab dengan apa yang menjadi tugas dan pekerjaannya. Dia harus melakukannya dengan penuh rasa hormat dan kerendahan hati, mulai mengerjakan hal-hal yang sederhana yang mungkin tidak mendapat perhatian dari orang-orang. TUHAN Yesus memberikan contoh konkrit seperti melayani anak kecil (Ay. 36). Anak kecil dianggap tidak penting, karena mereka tidak mengerti apa-apa, tetapi bagi TUHAN Yesus inilah yang perlu mendapat perhatian.
Seorang pelayan tidak memilih-milih pekerjaan. Pekerjaan yang dirasa lebih bagus, lebih gambang, dianggap akan mengdongkrak harga dirinya baru dikerjakan. Ini bukan pelayan, tetapi hamba bagi dirinya sendiri. Pelayan yang baik adalah pelayan yang rendah hati, mau mengerjakan hal-hal yang dianggap tidak penting. Ketika kita melakukan itu, maka kita telah melakukannya untuk TUHAN (Ay. 37).
KESIMPULAN:
TUHAN Yesus memanggil murid-murid-Nya supaya mereka menjadi PELAYAN-PELAYAN yang MELAYANI, bukan bertengkar merebut kekuasaan, sibuk mengurus kepentingan diri sendiri dan mengabaikan hal-hal yang penting dan perlu mendapat perhatian. TUHAN juga memanggil kita supaya kita menjadi pelayan-pelayan TUHAN, yang harus dengan rendah hati melayani dan bukan mengejar harga dari dan kekuasaan untuk menjadi yang lebih utama. TUHAN Memberkati.
Amorously Of Christ:
KeTUT MARDIASA
“Lalu Yesus duduk dan memanggil kedua belas murid itu. Kata-Nya kepada mereka: "Jika seseorang ingin menjadi yang terdahulu, hendaklah ia menjadi yang terakhir dari semuanya dan pelayan dari semuanya.” (Ay. 35).
TUHAN Yesus memanggil murid-murid-Nya adalah untuk melayani, bukan keinginan untuk dihormati dan kemudian berlomba-lomba untuk menjadi yang paling utama. TUHAN Yesus menegor murid-murid-Nya, mereka bertengkar, memperebutkan kekuasaan (Ay. 34: Luk. 9:46). Mereka tidak menyadari bahwa mereka dipanggil untuk melayani bukan untuk dilayani (Mrk. 10:43-45).
Seorang pelayan hanya berkewajiban untuk melayani. Disebut sebagai pelayan karena tugasnya untuk melayani, setia mengabdi dan tunduk pada peraturan dan bukan mengejar kenpentingan dan kepuasan diri. Firman TUHAN dalam Markus 9:33-37, mengajar kita untuk menjadi Pelayan yang Melayani:
1. Seorang pelayan seharusnya tidak ada hasrat dan keinginan untuk mengejar harga diri dan kekuasaan (Ay. 33-35)
Murid-murid yang seharusnya menjadi teladan dan melayani dengan tulus tetapi sebaliknya mereka merasa perlu dihargai oleh sesamanya, sehingga terjadi sebuah perdebatan dan pertengkaran di antara mereka. Masing-masing menganggap diri penting dan lebih berkuasa. Mereka bertengkar tentang siapa yang lebih besar di antara mereka (Ay. 34). Mereka mengejar harga diri dan kekuasaan di dunia ini untuk menjadi yang pertama, tetapi teguran TUHAN Yesus, mereka bukannya akan menjadi yang pertama tetapi justru sebaliknya, ia akan menjadi yang terakhir (bukan harus menjadi yang terakhir) dari semua (Ay. 35b).
“And he sat down, and called the twelve, and saith unto them, If any man desire to be first, the same shall be last of all, and servant of all (KJV: Mark 9:35)
“Maka Isa pon doedoeklah, laloe dipanggilnja kadoewa-belas orang itoe, katanja kapadanja: Djikalau barang sa'orang hendak mendjadi jang pertama, ija-itoe kelak mendjadi jang terkemoedian dan hamba orang sakalian.” (Klinkert 1879: Mark 9:35)
“Maka kapan doedoek Toehan panggil dateng doewa-blas moeridnja, serta berkata sama dia-orang: Kaloe sa-orang maoe djadi jang sakali, dia nanti djadi jang blakang-kali dari samowanja, serta hambanja samowanja.” (Klinkert 1863: Mark 9:35)
Jika seorang pelayan mengejar kekuasaan dan keinginan untuk dihargai, maka ia akan diperhamba oleh keinginannya sendiri dan lebih buruk dari apa yang ia harapkan. Orang yang berusaha untuk meninggikan diri akan direndahkan (Mat. 23:12). Rendahkanlah dirimu di hadapan TUHAN, maka Ia akan meninggikan kamu (Yak. 4:10).
2. Seorang pelayan tidak mengedepankan kepentingan diri, hanya kesempatan dan kewajiban untuk bekerja keras menjadi hamba yang baik, yaitu melyani (Ay. 35)
Seorang pelayan harus menyadari bahwa, tidak ada kedudukan yang lebih pantas dan lebih penting bagi dirinya selain melayani. Jika ia menghendaki kedudukan yang lebih baik; “JIka seseorang ingin menjadi yang terdahulu…” maka ia harus bekerja keras, dan lebih sibuk dengan tugasnya sebagai seorang pelayan dan tidak mengedepankan hasrat dan kepentingan dirinya sendiri untuk menjadi yang terdepan dari semuanya, sehingga tidak terjadi pertengkaran. Ia harus menjadi pelayan semua orang dan bukan melayani dirinya sendiri, bukan mengejar jabatan atau kekuasaan tetapi mengedepankan kewajiban.
Jikalau seorang pelayan hanya mengedepankan kepentingan dirinya sendiri, maka ia akan gagal menunaikan tugas-tugasnya sebagai seorang pelayan, ia akan kehilangan kesempatan untuk menjadi yang terbaik. Kepentingan dirinya sendiri akan menggagalkan semua keinginannya.
3. Seorang pelayan memiliki kerendahan hati untuk mengerjakan hal-hal yang dianggap tidak penting, namun perlu mendapat perhatian (Ay. 36-37).
Seorang pelayan tahu apa yang harus dilakukan dan bertanggung jawab dengan apa yang menjadi tugas dan pekerjaannya. Dia harus melakukannya dengan penuh rasa hormat dan kerendahan hati, mulai mengerjakan hal-hal yang sederhana yang mungkin tidak mendapat perhatian dari orang-orang. TUHAN Yesus memberikan contoh konkrit seperti melayani anak kecil (Ay. 36). Anak kecil dianggap tidak penting, karena mereka tidak mengerti apa-apa, tetapi bagi TUHAN Yesus inilah yang perlu mendapat perhatian.
Seorang pelayan tidak memilih-milih pekerjaan. Pekerjaan yang dirasa lebih bagus, lebih gambang, dianggap akan mengdongkrak harga dirinya baru dikerjakan. Ini bukan pelayan, tetapi hamba bagi dirinya sendiri. Pelayan yang baik adalah pelayan yang rendah hati, mau mengerjakan hal-hal yang dianggap tidak penting. Ketika kita melakukan itu, maka kita telah melakukannya untuk TUHAN (Ay. 37).
KESIMPULAN:
TUHAN Yesus memanggil murid-murid-Nya supaya mereka menjadi PELAYAN-PELAYAN yang MELAYANI, bukan bertengkar merebut kekuasaan, sibuk mengurus kepentingan diri sendiri dan mengabaikan hal-hal yang penting dan perlu mendapat perhatian. TUHAN juga memanggil kita supaya kita menjadi pelayan-pelayan TUHAN, yang harus dengan rendah hati melayani dan bukan mengejar harga dari dan kekuasaan untuk menjadi yang lebih utama. TUHAN Memberkati.
Amorously Of Christ:
KeTUT MARDIASA
No comments:
Post a Comment