TELANJANG, TIDAK MERASA MALU



Scripture : Kejadian 2:25

“Mereka keduanya TELANJANG, manusia dan isterinya itu,
tetapi mereka TIDAK MERASA MALU.”

A.     PENDAHULUAN
Ada dua hal yang menarik dalam ayat ini, dan kedua hal itu kalau dipandang dari sudut pandang kaca mata dunia sekarang ini sangat kontradiksi dan mungkin sebagian besar orang merasa hal itu tidak pantas untuk menjadi pokok pembahasan atau pokok pembicaraan tetapi hal ini justru menjadi sesuatu yang sangat menarik untuk digali dan dibicarakan lebih mendalam lagi, apa sesungguhnya yang ada dibalik hal itu, yaitu, “telanjang dan tidak merasa malu”.

Kata “telanjang” bila menjadi pokok pembicaraan pasti akan merangsang sebagian orang untuk berpikir negatif dan menggiringnya kepada khayalan yang mendalam karena membayangkan keindahan ciptaan Tuhan yang indah nan menawan di alam terbuka. Menggoda untuk menikmati keindahannya dengan desahan nafas yang dalam serta berkata; “aku ingin tetap ada di sini”. Apalagi kalau kata “telanjang” ditambahkan dengan kata “bulat” menjadi “telanjang bulat” pasti bukan saja kagum akan keindahannya tetapi akan memandangnya dengan mata yang bulat-bulat, hingga kehilangan kesadaran diri, terpana, terpesona, dan merana hingga lupa kepada siapa yang menciptakan keindahan yang mempesona dan menyita perhatian itu.

Kata “telanjang” di sini bukanlah dimaksudkan untuk merangsang seseorang untuk membayangkan keindahan tubuh manusia tanpa busana kemudian berpikir negatif, tetapi bagaimana kita melihat kesempurnaan ciptaan Tuhan dari sudut pandang kaca mata iman. Dengan memperhatikan kata berikutnya, yaitu “tidak merasa malu” menggambarkan sebuah kemahasempunaan dan kemahahebatan Tuhan dalam mendesign manusia yang diciptakannya dengan pola berpikir dan melihat sesuatu dalam keindahan namun tidak tergoda melakuakan tindakan yang bercela.

Setelah manusia jatuh ke dalam dosa, “telanjang” menjadi sesuatu hal yang sangat memalukan dan sampai hari ini menjadi sesuatu yang tidak pantas untuk dibicarakan, karena kesempurnaan itu sudah dirusak oleh perbuatan manusia yang jatuh ke dalam pelukan hangat sang raja gombal, yaitu iblis, mendengar rayuannya yang manis di bibir dan menyesak di dalam dada (Kej. 3:1-13).

B.      IDE POKOK
Membahas kata “telanjang dan tidak merasa malu” jangan kita membayangkan keindahan tubuh manusia tanpa busana, tetapi mari kita membawa pikiran, perasaan dan hati kita untuk melihat mahakarya indah dan sempurna dari Tuhan. Mengapa telanjang tetapi tidak merasa malu? Ini sangat unik dan sangat penting untuk dipahami.

1.      Telanjang dan Tidak Merasa Malu Menggambarkan Kesempunaan Tanpa Dosa.
Tadi sudah dikatakan bahwa, Tuhan mendesign manusia sedemikian rupa. Dengan kemampuan berpikir dan melihat tanpa tergoda untuk bertindak dan melakukan sesuatu yang di luar kehendak Tuhan. Hati, pikiran dan perasaan terkendali di bawah control perintah dan kehendak Tuhan yang memimpin kepada ketaatan.

Tuhan menciptakan manusia tanpa perlu pakaian, namun tidak merasa malu dan tidak pula membuat mereka kedinginan, sebab pakaian mereka bukanlah rajutan benang buatan tangan manusia untuk menutupi kemaluan dan yang memberi kehangatan. Tuhan menciptakan manusia dalam kesempunaan tanpa kekurangan apapun termasuk kebutuhan untuk menutupi kemaluan dan kehangatan di musim dingin.

Pakaian mereka adalah kesucian, ketulusan, kebenaran dan ketaatan kepada kehendak Tuhan, sehingga mereka tidak tergoda untuk berbuat sesuatu yang salah yang menyebabkan mereka merasa malu. Ketika mereka menanggalkan kesucian, hidup dalam pemberontakan terhadap kehendak Tuhan, sesungguhnya mereka sedang melucuti pakaiannya sendiri, menanggalkanya yang menyebabkan rasa malu (Kej. 3:8-10).

Manusia telanjang tanpa busana adalah tanda kesucian, ketulusan, kebenaran dan ketaatan kepada kehendak Tuhan, sehingga mereka tidak merasa malu, tetapi setelah kejatuhan manusia dalam dosa, telanjang menjadi tanda kebejatan moral manusia yang tidak tahu malu. Tanda itu berubah. Berpakaian yang rapi dan pantas adalah tanda kesucian, ketulusan, kebenaran dan ketaatan kepada kehendak Tuhan (1 Tim. 2:9-10).

2.      Telanjang dan Tidak Merasa Malu Menggambarkan Keharmonisan Tanpa Kejahatan
Tidak ada keinginan untuk melakukan sesuatu yang bercela, memandang orang lain dengan birahi karena telanjang. Sesungguhnya mereka bukan telanjang berdasarkan pengertian dunia, tetapi mereka telanjang dalam pengertian tanpa dosa atau kejahatan, mereka berpakaian kesucian, ketulusan, kebenaran dan ketaatan kepada kehendak Tuhan.

Ketaatan kepada kehendak Tuhan sama artinya dengan hidup takut akan Tuhan. Orang yang takut akan Tuhan tidak berbuat jahat. Mereka akan memandang sesamanya sebagai orang yang harus dikasih bukan menjadi obyek kejahatan. Amsal 8:13 mengatakan bahwa; “Takut akan Tuhan adalah membenci kejahatan, aku benci kepada kesombongan, kecongkakan, tingkah laku yang jahat, dan mulut penuh tipu muslihat.”

Setelah manusia jatuh ke dalam dosa, manusia memandang sesamanya sebagai obyek kejahatan, tidak dapat hidup berdambingan, saling membunuh dan menebar kebencian. Telanjang menjadi obyek wisata menyenangkan untuk menikmati dosa dan kebejatan manusia yang lapar dan haus dengan sex, sehingga terjadi kejahatan sexual tanpa mengenal batas usia. Manusia melihat sesamanya dengan birahi apalagi dengan pakaian mini, matanya mulai membelalak dan terkena penyakit tidak bisa berkedip dan membesar bagaikan telor ayam kampung.

C.     KESIMPULAN
Telanjang di dalam Alkitab, khusunya sebelum kejatuhan manusia dalam dosa adalah tanda kesucian, ketulusan, kebenaran dan ketaatan kepada kehendak Tuhan. Menggambarkan kesempurnaan ciptaan Tuhan dan keharmonisan tanpa kejahatan, sehingga manusia tidak merasa malu, karena pakaian mereka bukanlah rajutan benang yang dibuat oleh tangan manusia, tetapi rajutan kemahasempurnaan dan kemahahebatan Tuhan. Telanjang juga menggambarkan kesejatian manusia tanpa dosadan kejahatan di hadapan Tuhan.

Setelah manusia jatuh ke dalam dosa, telanjang adalah tanda kebejatan moral manusia dan ketidaktaannya manusia kepada kehendak Tuhan. Manusia tidak dapat mengendalikan diri dan memandang sesamanya sebagai obyek untuk melampiaskan hafsu bejatnya. Manusia menjadi brutal, nakal, liar dan membuat semua orang menjadi gempar bagaikan Sun Go Kong.

D.    PENERAPAN
Mari kita jaga kesempunaan yang Tuhan berikan kepada kita. Mari kita kenakan pakaian kebesaran kita, yaitu, kesucian, ketulusan, kebenaran dan ketaatan melakukan kehendak Tuhan, supaya kita tidak nampak telanjang di mata dunia. Jangan dipermalukan oleh dunia, tetapi mari kita permalukan dunia dengan pakaian kita yang sopan santun dan pantas. TUHAN Yesus Memberkati.

No comments:

Post a Comment

Terima Kasih atas kunjungan dan dukungan anda. TUHAN Yesus memberkati. Semua Artikel dan Renungan yang ada di blog ini, boleh disalin/ dicopy tanpa ijin. Berikan Komentar dengan sopan dan dukung terus untuk kemuliaan nama TUHAN Yesus Juruselamat kita. Salam Dalam Kasih Kristus.

Contact Form

Name

Email *

Message *