Scripture: Amsal 18:21
A.
PENDAHULUAN
Ada pribahasa mengatakan “Mulutmu
Harimaumu” artinya adalah segala perkataan yang diucapkan seseorang apabila
tidak dipikirkan terlebih dahulu dapat merugikan diri sendiri. Pribahasa ini
seirama dengan apa yang dikatakan oleh penulis Kitab Amsal Khususnya Amsal
18:21, “Hidup dan mati dikuasai lidah,
siapa suka menggemakannya, akan memakan buahnya.”
Lidah ibarat penguasa seluruh kehidupan, ia dapat mengarahkan dan
mengendalikan seluruh hidup kita tanpa kita sadari. Yakobus memaparkan dengan
sangat jelas tentang anggota tubuh kita yang satu ini. Ia kecil tetapi dapat
mengendalikan seluruh tubuh (Yak. 3:1-12).
Uraian Yakobus memperlihatkan betapa besarnya peran lidah dalam
menentukan hidup dan matinya manusia, siapa yang menggemakannya, akan memakan
buahnya. Di dalam Yakobus 3:4 mengatakan bahwa; “Demikian juga lidah,
walaupun suatu anggota kecil dari tubuh, namun dapat memegahkan perkara-perkara
yang besar. Lihatlah, betapa pun kecilnya api, ia dapat membakar hutan yang
besar.”
Dalam realitas sehari-hari, terlalu sering orang berbicara menurut
apa yang dipandangnya baik. Berbicara tentang sesuatu yang hal belum
dipahaminya dengan baik dan benar, tanpa dipikirkan lalu berbicara
membesar-besarkan masalah dan menempatkan dirinya sebagai orang yang paling
tahu dan bijaksana, tanpa disadari menelanjangi diri sendiri (Ams. 15:2). Itulah
yang disebut dengan mulut lancang yang menikam seperti pedang (Ams. 12:18).
Penting bagi kita untuk “JAGA LISAN” atau menjaga setiap perkataan
kita sebelum diucapkan, dipikirkan, dikelola dan dimasak dengan matang melalui
hati yang beriman dan takut akan TUHAN. Jika kita tidak bisa menjaga lidah
kita, maka akan sia-sialah ibadah kita (Yak. 1:26).
B. IDE
POKOK
Karena begitu besarnya
peran lidah dalam menentukan arah dan langkah kehidupan seseorang, maka penting
bagi kita sebagai orang beriman untuk menjaga setiap lisan kita, karena lidah
orang benar tetap untuk selama-lamanya (hidup), tetapi lidah orang fasik hanya
sekejap mata (mati) (Ams. 12:19). Mari kita perhatikan beberapa hal berikut,
supaya lisan kita atau lidah memimpin kepada kehidupan:
1.
Memikirkan
Setiap Perkataan Kita Sebelum Mengucapkannya.
Orang yang merasa benar
(baru merasa) selalu inginnya dipandang hebat dan pintar, banyak berbicara
tetapi tidak sadar akan kesalahannya, pada akhirnya ia akan terdengar seperti
burung kutilang di pagi hari, berbunyi indah, membangunkan seseorang dari tidurnya
tetapi tidak ada artinya.
Untuk memperkecil
kesalahan, maka kita harus dapat menahan diri untuk berbicara sebelum kita
memikirkan benar atau salahnya, baik atau buruknya. Amsal 10:19 mengatakan; “dalam banyak bicara pasti ada pelanggaran,
tetapi siapa yang menahan bibirnya berakal budi.”
Perkataan yang keluar dari
mulut kita, yang diolah oleh lidah bisa mendatangkan kebajikan (Ams. 12:14),
menyehatkan dan menyenangkan (Ams. 16:24), tetapi juga bisa menjadi sarang
penyakit bagi dirinya sendiri dan orang yang mendengarkanya. Di satu sisi kita
memulikan Tuhan dengan lidah kita, di sisi lainnya mengutuki sesama kita (Yak.
3:9). Sementara kehendak Tuhan adalah supaya kita menjaga lidah kita dari lisan
yang tidak baik. Setiap lisan kita harus memuliakan Tuhan (Ib. 13:15).
Penting bagi kita untuk memperhatikan dengan baik dan bijaksana
apa yang hendak kita ucapkan. Tidak terburu-buru mengoceh tanpa memikirkan
benar salahnya dan baik buruknya. Jangan sampai lidah kita sendiri membunuh dan
membinasakan kita karena tidak mengendalikannya dengan baik melalui iman dan
ketaatan kepada Tuhan. Hidup dan mati kita dikuasai lidah, siapa menggemakannya
dengan benar akan hidup dan siapa menggemakannya tanpa memikirkannya terlebih
dahulu akan memakan buahnya sendiri.
2.
Tidak
Membuat Kesimpulan Terlalu Cepat Tentang Suatu Keadaan.
Apa yang sudah dipikirkan
tadi sebelum diucapkan perlu ditinjau kembali secara berulang-ulang. Kesalahan
akan terjadi ketika kita gagal menemukan kebenaran tentang suatu keadaan
sehingga kita membuat sebuah kesimpulan yang salah namun dipandang sebagai
kebenaran yang terus dipertahankan. Kesalahan ini akan terus berulang dan menggiring
kita semakin jauh dari kebenaran dan fakta yang sesungguhnya, pada akhirnya
kita sendiri yang memakan buahnya.
Tidak membuat kesimpulan
terlalu cepat akan menolong kita dapat belajar lebih banyak untuk menemukan
nilai-nilai kebenaran yang sesungguhnya. Kita tidak akan melewatkan titik-titik
terpenting di mana letak peristiwa itu yang menyebabkan terjadinya suatu masalah.
Terlalu cepat membuat
sebuah kesimpulan akan menyebabkan kesalahan dalam mengolah dan menganalisa
data-data penting yang memberikan kontribusi terbesar tentang suatu keadaan,
sehingga kita akan memberikan keterangan yang salah melalui lidah atau lisan
kita, yang mengakibatkan kita sendiri akan menanggung kesalahannya.
Kita sering melihat suatu
keadaan dan menyimpulkannya tanpa mempelajarinya terlebih dahulu, baru saja
mendengar dan tidak melihat secara langsung sudah membuat kesimpulan ini dan
itu. Berbicara banyak namun tanpa pengetahuan yang benar, berbicara banyak
namun tanpa belajar terlebih dahulu. Lidah memang mudah mengolah kata, tetapi
kebenaran tidak ada di dalamnya, oleh karena itu penting untuk menahan diri
terlebih dahulu, mempelajari suatu peristiwa, temukan titik-titik terpenting
untuk membuat kesimpulan yang benar dan dapat dipertanggung jawabkan dengan
baik. Jangan bernyanyi sebelum tahu notnya.
C. KESIMPULAN
Ini bukan kesimpulan dari
suatu peristiwa, tetapi in adalah kesimpulan dari urain di atas. Lidah adalah
bagian yang penting dalam tubuh kita. Dengan lidah kita dapat memuliakan Tuhan,
dan dengan lidah juga kita mengutuki sesama kita. Oleh karena itu penting untuk
menjadi lisan kita dengan baik dan bijaksana, sehingga lisan kita dapat
membangun sesama dan memuliakan Tuhan.
Untuk menghindari dan memperkecil kesalahan dari lisan kita, kita
harus memikirkan terlebih dahulu sebelum kita mengucapkannya dan tidak terlalu
cepat untuk membuat sebuah kesimpulan. “Hidup
dan mati dikuasai lidah, siapa suka menggemakannya, akan memakan buahnya.”
D. PENERAPAN
Mari kita jaga lidah kita
dengan baik dan bijaksama, karena lisan yang salah akan beresiko bagi diri kita
sendiri. siapa suka menggemakannya, akan memakan buahnya. Mari kita perhatikan
apa yang dikatakan oleh Rasul Petrus; "Siapa
yang mau mencintai hidup dan mau melihat hari-hari baik, ia harus menjaga
lidahnya terhadap yang jahat dan bibirnya terhadap ucapan-ucapan yang menipu.
((1 Ptr. 3:10).
“Lidah Lembut adalah pohon
kehidupan, tetapi lidah curang melukai hati” (Ams. 15:4), “Siapa memelihara
mulut dan lidahnya, memelihara diri dari
pada kesukaran” (Ams. 21:23) dan ia aka nada untuk selama-lamanya (terpelihara)
(Ams. 12:19). Jagalah Lisan kita. Tuhan Yesus Memberkati..
No comments:
Post a Comment