Scripture: Lukas 4:1-13
A. PENDAHULUAN
Sejak awal iblis selalu berjuang dan
terus berjuang untuk menggagalkan rencana Tuhan bagi umat manusia. Di Taman
Eden ia berhasil menggiring manusia jatuh ke dalam pelukannya dengan rayuannya
yang manis di bibir, sedap didengar, enak dirasa, indah dipandang dan nyaman
untuk dinikmati. Iblis membekukan hati nurani manusia untuk tidak taat kepada
perintah Allah (Kej. 3:1-7).
Demikian juga dapat kita lihat pada
awal perjalanan Tuhan Yesus dalam pekerjaan-Nya memberitakan kabar keselamatan,
iblis tidak pernah berhenti untuk berusaha menggagalkan rencana Tuhan dengan
mencobai Tuhan Yesus selama empat puluh hari empat puluh malam di padang gurun
(Luk. 2:4).
Kurang lebih tiga kali iblis mencobai
Tuhan Yesus, namun gagal. Setelah iblis gagal dalam usahannya menggagalkan
rencana Tuhan (Ay. 1-12), akhirnya iblis mengakhiri semua pencobaan itu dan ia
pun meninggalkan Tuhan Yesus, namun apakah iblis berhenti sampai di situ? Ternyata
tidak. Perhatikan ayat 13;
“Sesudah iblis mengakhiri semua pencobaan itu, ia
mundur dari pada-Nya dan menunggu waktu yang baik.”
Pada ayat tersebut nampak dengan jelas bahwa iblis tidak berhenti
pada kegagalannya itu. Dikatakan bahwa iblis “MENUNGGU WAKTU YANG BAIK”. Hal
ini mengindikasikan bahwa iblis tetap pada perjuangannya mencari waktu yang
tepat dalam celah-celah kelemahan dan kebodohan setiap orang untuk melancarkan
rencananya. Ia tidak tinggal diam, itulah sebabnya Rasul Petrus menasehatkan
kita bahwa; “Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si iblis, berjalan keliling
sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya.”
(1 Ptr. 5:8).
Berdasarkan pada hal tersebut, benarlah bahwa iblis tetap aktif
dalam kegiatannya untuk mencari mangsanya dan tidak melewatkan waktu-waktu dan
kesempatan yang ada. Sampai hari ini iblis nampak memperlihatkan eksistensinya,
bahkan secara tidak sadar ia mengambil peran dalam pengambilan
keputusan-keputusan penting termasuk juga pada lembaga-lembaga keagamaan,
menjungkirbalikan kebenaran firman Tuhan, membenarkan segala bentuk kejahatan yang
dibenci oleh Tuhan dengan mengatasnamakan Hak Asasi Manusia berdasarkan pada
pengakuan telah melakukan studi dan pendalaman yang komprehensif, seperti pada
kasus LGBT. Huh!!!
B. IDE POKOK
Sekarang yang menjadi pertanyaan
adalah kapan waktu yang baik bagi iblis? Sudahkah? Sedangkah? Atau masih lama? Perlu
bagi kita untuk lebih waspada dan lebih peka terhadap situasi yang terjadi
disekitar kita dengan berpedoman pada firman Tuhan. Ingatlah bahwa, iblis menunggu
waktu yang baik;
1.
Iblis Akan Datang Di Mana Saja dan Kapan Saja.
Waktu yang
baik adalah waktu yang sudah dipersiapkan dengan baik sebelumnya, iblis
merancang strateginya dan menyusun kekuatan untuk menggagalkan setiap rencana
Tuhan, dan waktunya akan tiba, iblis akan kembali.
Iblis dapat
datang kapan saja tanpa kita sadari bahkan mengambil peran penting dalam setiap
keputusan yang kita ambil. Iblis ada di segala tempat dan waktu, ia dapat
mengendalikan semua pikiran, perasaan dan hidup kita untuk memberontak kepada
Tuhan dan kebenaran firman-Nya. Ia berkeliling bagaikan singa yang ganas yang
siap untuk menerkam mangsanya, tanpa mengenal batas waktu, kedudukan ataupun
jabatan seseorang.
Waktu yang
baik dan tepat bagi iblis adalah ketika orang-orang minim pengetahuan berusaha
untuk mengedepankan pendapatnya sebagai kebenaran yang harus dipertahankan dengan
penafsiran-penafsiran yang salah dan keliru tentang firman Tuhan. Iblis datang
sebagai penyempurna dalam setiap sesalahan itu untuk menjungkirbalikan
kebenaran yang sesungguhnya apalagi dengan imbalan yang sangat mengiurkan untuk
memperkaya diri seperti Yudas Iskariot yang dipakai oleh iblis, mencari waktu
yang baik untuk menyerahkan Yesus (Mrk. 14:10-11). Kebenaran dihargai dengan
uang, inilah waktu yang baik bagi iblis untuk menggagalkan rencana Tuhan.
Penting bagi
kita untuk segera menyadari bahwa iblis
tidak pernah berhenti untuk bekerja dan menyesatkan sebanyak mungkin orang. Dia
tidak akan berhenti karena kegagalannya sampai hati manusia membeku terhadap
kebenaran dan menerima tawaran iblis (Ay. 5-7).
2.
Iblis Akan Memanfaatkan Setiap Kelemahan Yang Ada.
Mungkin
kita sudah tidak asing lagi dengan istilah “mencari kesempatan dalam
kesempitan”. Mungkin istilah ini juga dipakai oleh iblis untuk memanfaatkan
setiap waktu yang ada dan tidak melewatkan kesempatan untuk berbuat lebih banyak
lagi menyesatkan banyak orang.
Waktu
yang baik bagi iblis untuk mendapat kesempatan adalah pada saat kita menjadi
lemah, ribut tanpa solusi, saling mempertahankan kebenaran diri dan tidak siap
untuk memperbaiki kesalahan. Iblis bukan menjadi penonton pasif, melainkan ikut
berkontribusi untuk memperkeruh keadaan, sehingga terjadi perpecahan antara
satu dengan yang lainnya yang sebenarnya saling membutuhkan. Tanpa kita sadari
iblis memanfaatkan kelemahan kita sebagai waktu yang baik.
Iblis
sibuk pada saat kita taat kepada Tuhan dan firman-Nya, dan akan diam pada saat
kita sibuk untuk saling mempersalahkan, ia hanya memperlengkapi kita dengan “senjata
kebenaran” palsu untuk mempertahankan diri.
C. KESIMPULAN
Iblis tidak hanya menunggu dan
menunggu waktu yang baik saja, iblis hadir dan berjaga-jaga di segala tempat dan waktu, berkeliling dan
memantau setiap situasi dan keadaan (1 Ptr. 5:8). Dia dapat masuk mempengaruhi
setiap orang dengan memanfaatkan kelemahan-kelemahan mereka.
Waktu yang baik bagi iblis adalah
ketika kita tidak memperioritaskan kehendak Tuhan, tidak seperti Tuhan Yesus
taat kepada Bapa-Nya (Ay. 4, 8, 12). Waktu yang baik bagi iblis adalah ketika
kita ribut tanpa solusi dan berusaha mempertahankan kebenaran diri yang
bertentangan dengan kehendak Tuhan.
D. PENERAPAN
Jangan berikan kesempatan kepada
iblis. Tutup setiap celah-celah kelemahan kita dengan hidup takut akan Tuhan,
prioritaskan Tuhan yang utama, sperti Tuhan Yesus memprioritaskan kehendak Bapa-Nya
sehingga iblis pun meninggalkan Dia.
“Karena itu tunduklah kepada Allah, dan lawanlah Iblis, maka ia
akan lari dari padamu!” (Yak. 4:7).
“Lawanlah dia dengan iman yang teguh, sebab kamu tahu, bahwa semua
saudaramu di seluruh dunia menanggung penderitaan yang sama.” (1 Ptr. 5:9).
No comments:
Post a Comment