(Scripture: Efesus 4:1-7)
A. PENDAHULUAN/ INTRODUCTION
Rasul Paulus menyebut jemaat yang ada
di Efesus sebagai orang-orang yang terpanggil, yang dalam permulaan suratnya
disebut dengan orang-orang kudus dan orang-orang yang percaya dalam Kristus
Yesus (Ef. 1:1), yang dipilih sebelum dunia dijadikan dan yang telah ditentukan
menjadi anak-anak Allah (Ef. 1:4-5).
Itulah identitas mereka sebagai
jemaat di hadapan Tuhan. Allah telah memulai suatu karya yang mahahebat dan
besar untuk membuat jemaat menjadi mulia di hadapan-Nya. Berdasarkan kesadaran
ini, Rasul Paulus menasehatkan jemaat yang ada di Efesus sebagai orang-orang
yang telah dipanggil berpadanan dengan panggilan itu (Ay. 1).
Kata dipanggil, bukan hanya sekedar
berarti menyebut atau menyuruh seseorang untuk datang, tetapi lebih dari pada
itu adalah untuk bersatu atau hidup dalam kesatuan. Yang dimaksudkan hidup
dalam kesatuan adalah memiliki dasar atau fondasi yang sama dalam hidup bersama
dalam Kristus, yaitu; satu, tubuh, satu Roh, Satu TUHAN, satu Iman, satu
baptisan, satu Allah dan Bapa dari semua dan di dalam semua (Ay. 4-6).
Sebagai orang-orang yang telah
terpanggil untuk hidup dalam kesatuan dituntut untuk memiliki pola kehidupan
yang sesuai dengan panggilan itu, atau seperti nasehat Rasul Paulus, “supaya
hidupmu sebagai orang-orang yang telah dipanggil berpadanan dengan panggilan
itu” (Ay. 1).
Kalimat “…supaya hidupmu sebagai
orang-orang yang telah dipanggil berpadanan dengan panggilan itu” adalah
kalimat penerapan yang harus segera dilaksanakan sebagai pembuktian kepada
dunia bahwa jemaat hidup dalam kesatuan. Kata “berpadanan” berarti selaras, sejalan
atau sesuai. Dalam hal ini selaras,
sejalan dan sesuai dengan panggilan jemaat (kita) untuk hidup dalam kesatuan. Inilah yang
disebut dengan karakter orang-orang yang terpanggil.
B. IDE POKOK/SERMON CONTENT
Beberapa anjuran yang menjadi sebuah
keharusan untuk segera dilaksanakan dalam mengaplikasikan hidup sebagai
orang-orang atau jemaat yang terpanggil untuk hidup dalam kesatuan yang kemudian disebut sebagai karakter
orang-orang yang terpanggil adalah;
1.
Selalu
Rendah Hati (Ay. 2)
Rendah
hati adalah sikap yang menganggap orang lain lebih utama dari diri sendiri
(Fil. 2:3-4). Itulah cara dan ciri pertama dalam mengaplikasikan hidup sebagai
orang yang dipanggil. Kita dipanggil dan dikumpulkan menjadi satu dalam jemaat
bukan karena kita lebih baik dari pada yang lainnya, tetapi oleh karena kasih
karunia Tuhan. Oleh karena itu, kita harus dengan rendah hati saling menerima
dan menghargai. Tidak boleh ada keangkuhan, karena keangkuhan bertentangan
dengan panggilan itu, tidak membangun, tetapi merusak, tidak mempersatukan
tetapi memecah belah.
Orang
yang rendah hati selalu mengakui adanya kesalahan, tidak terlalu cepat
mempersalahkan orang lain, tetapi berusaha untuk mengklarifikasi bukan untuk
mencari pembenaran tetapi untuk menghindari sebuah perpecahan.
Sebaliknya
orang yang tidak memiliki karakter rendah hati, selalu menempatkan dirinya pada
posisi yang selalu benar, suka mencari-cari kesalahan orang lain untuk
pembenaran diri. Memiliki ide yang baik tetapi bukan untuk membangun, tetapi
untuk melemahkan.
Rasul
Paulus menasehatkan kita, “hendaklah kamu selalu rendah hati”. rendah hati tidak
hanya pada situasi tertentu saja, tetapi dalam segala situasi (selalu). Rendah
hati bukan berarti kita mudah atau mau direndahkan, tetapi itu adalah sikap
sangat terpuji dan bijaksana atas kesadaran bahwa kita adalah umat pilihan dan
panggilan Tuhan untuk menghindari perselisihan dan tetap hidup dalam kesatuan
dalam keberagaman dan perbedaan.
2.
Lemah
Lembut (Ay. 2)
Lemah
lembut diterjemahkan dari kata Yunani Prautes
yang juga berarti, hati dan perasaan yang ramah, yang lahir dari hidup yang
beribadah. Sifat yang lemah lembut adalah sifat yang tidak suka bertengkar dan
marah yang disebabkan oleh gangguan dan ketidaknyamanan yang ditimbulkan oleh
orang lain (2 Tim. 2:25; Tit. 3:2). Selalu berusaha mengelakan hal-hal yang
dapat menimbulkan perselisihan. Yakobus 3:13 mengatakan bahwa; “siapakah di
antara kamu yang bijak dan berbudi? Baiklah ia dengan cara hidup yang baik
menyatakan perbuatannya oleh hikmat yang lahir dari kelemahlembutan”.
Lemah
lembut adalah ciri kedua dari orang-orang yang terpanggil ke dalam kesatuan
jemaat dalam Kristus. Lemah lembut bukanlah sifat orang lemah, tetapi adalah sebuah kekuatan untuk
merealisasikan dan mewujudkan kesatuan yang utuh sebagai jemaat. Mungkin sebagian
orang mengganggap sebagai sebuah kelemahan, tetapi dalam persekutuan dengan
jemaat, itu adalah sebuah kekuatan yang besar.
Sikap
lemah lembut dan rendah hati adalah dua hal yang tidak terpisahkan dan
merupakan penyataan dari kuasa Allah kepada umat-Nya. Yesus Berkata; Pikuklah
kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah
hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan (Mat. 11:29).
3.
Sabar
(Ay. 2)
Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia, kesabaran adalah sifat tenang atau ketenangan
hati dalam menghadapi banyak cobaan dan tantangan. Inilah ciri ketiga dari
orang-orang yang telah dipersatukan dalam Kristus. Kesabaran itu menjadi tanda
dan berakar dalam iman serta timbul dari ketekunan dan kehidupan dalam doa.
Orang
yang sabar adalah orang yang dapat menahan diri dan berusaha untuk bertahan
dalam situasi yang tidak nyaman serta hidup dalam penyerahan diri secara total
kepada kehendak dan kedaulatan Allah.
Kesabaran
bukanlah sesuatu yang mudah, sehingga banyak orang gagal mengendalikan diri dan
bertindak berdasarkan kebenaran dan kemauan diri, namun inilah yang dituntut
sebagai orang-orang terpangil menjadi satu bagian dalam Kristus untuk
mengokohkan fondasi iman kita di hadapan Tuhan.
Kita dipanggil bukan untuk orang seorang tetapi kita dipanggil ke dalam satu
persekutuan, di mana kita menemukan banyak perbedaan. Tanpa kesabaran kita
tidak mungkin dapat hidup dalam beragam perbedaan, itulah sebabanya Rasul
Paulus mengatakan bahwa, salah satu karakter terpenting sebagai orang-orang
panggilan Allah adalah Kesabaran.
4.
Memiliki
Kasih Dalam Perbuatan (Ay. 2)
Kesatuan
jemaat dalam Kristus ditandai dengan Kasih. Kasih dalam ketulusan berbagi dan
saling membantu. Kasih adalah identitas
orang-orang yang terpanggil. Oleh karena itu kasih mereka sebagai jemaat
harus nyata dalam tindakan dan perbuatan. Rasul Paulus katakan bahwa, “…
Tunjukkanlah kasihmu dalam hal saling membantu”. Yohanes mengatakan dalam
suratnya bahwa; anak-anakku, marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau
dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran (1 Yoh. 3:18).
Realita
yang sering kita temukan di lapangan sebagai sesame anak-anak Tuhan atau
anggota tubuh Kristus adalah banyak orang mengatakan bahwa mereka mengasihi
sesamanya namun dalam hati penuh dengan duri-duri kebencian.di depan berbicara
kasih, namun dibelakang menebar kebencian. Inilah yang Rasul Paulus sebut
sebagai kasih yang pura-pura (Roma 12:9).
Kesatuan
jemaat nyata dalam wujud kerja sama yang baik, saling memperhatikan satu dengan
yang lainnya. Jangan sampai karena setitik kesalahpahaman dijadikan sebagai
alasan untuk melemahkan yang lain dan mencoba untuk mencari pembenaran diri
yang berujung pada perselisihan yang menghansil perpecahan.
5.
Berjuang
Untuk Memelihara Kesatuan (Ay. 3).
Bagian
terakhir dari nasehat Rasul Paulus untuk memelihara dan membina kesatuan dalam
jemaat adalah bersama-sama berjuang. Bukan berjuang sendiri sendiri dan
menentukan jalan sendiri. Kata “berusahalah” dalam ayat 3 ini, memiliki arti
perjuangan. Banyak tantangan dan kesulitan yang akan jemaat jumpai, tanpa
perjungan atau usaha yang sungguh-sungguh maka mustahil akan terbina sebuah
kesatuan.
Dalam
dunia peperangan, semua prajurit dan pasukan berjung sampai titik darah
penghabisan untuk mempertahankan jati diri sebagai bangsa yang berdaulat.
Perjungan dan usaha yang sungguh-sungguh adalah sebagai tanda komitmen diri.
Demikian juga halnya dengan jemaat.
Perjungan
kita dalam memelihara dan membina kesatuan sering digagalkan oleh
kepentingan-kepentingan diri, sehingga tidak terwujud apa yang hendak kita
capai. Oleh karena itu kita perlu berusaha sungguh-sungguh memelihara kesatuan Roh oleh ikatan damai
sejahtera.
C. KESIMPULAN/ CONCLUSION
Sebagai orang-orang percaya, yang
telah dipanggil oleh Tuhan untuk hidup dalam kesatuan, Allah menghendaki supaya
kita memiliki ciri khas atau karakter yang berbeda di tengah-tengah dunia ini.
Karakter itu bertujuan untuk memelihara kesatuan yang Allah telah mulai
terlebih dahulu dengan memanggil kita untuk masuk menjadi bagian di dalamnya.
Ketika kita ada di dalamnya sebagai
orang-orang yang terpanggil, dituntut untuk dapat mengaplikasikan, yaitu
memiliki sikap rendah hati, lemah lembuh, sabar dalam segala hal, memiliki
kasih yang tulus yang dinyatakan dalam tindakan dan perbuatan untuk saling
membantu dan berusaha sungguh-sungguh memelihara kesatuan Roh dalam ikatan
damai sejahtera.
D. APLIKASI/ APPLICATION
Sebagai jemaat, penting untuk memahami ini,
karena banyak perbedaan yang mungkin sulit untuk dipahami. Kita harus sadar
bahwa ketika kita dikumpulkan dalam komunitas kita dipanggil untuk bersatu. Dan
untuk memelihara kesatuan itu, hendaklah kita selalu rendah hati, lemah lembut,
sabar, hidup dalam kasih yang sungguh-sungguh dan berjuang untuk memelihara
kesatuan itu untuk terwujudnya tujuan kita bersama dalam jemaat. TUHAN
memberkati.
No comments:
Post a Comment