Pembacaan
Alkitab: Mazmur 46: 2-4
Pernyataan “kita
tidak akan takut” bukanlah merupakan bentuk kesombongan fisik maupun
kesombongan rohani seakan-akan kita kuat dan mampu melewati semua tantangan dan
bahaya yang ada di depan kita. Kita bukanlah manusia super yang serba bisa,
kemampuan kita sangat terbatas, walaupun hari ini kita merasa mampu dan tidak
membutuhkan pertolongan tetapi akan tiba saatnya kita sampai kepada satu titik
di mana kita tidak dapat berbuat apa-apa.
Penulis Mazmur
ini mengungkapkan bahwa kita tidak perlu takut menghadapi suatu keadaan yang
bagi sebagian besar orang bahkan bagi semua orang adalah sesuatu yang sangat menakutkan,
yaitu menghadapi perubahan struktur bumi, gunung-gunung bergoncang di dalam
laut yang menyebabkan gelombang laut menjadi ribut dan berbuih oleh geloranya
(Ay. 3-4). Dari manakah timbul keberanian seperti ini? Apakah ini hanya semacam
bualan semata? karena hal yang disebutkan itu belum terjadi tetapi baru
kemungkinan bilamana hal itu terjadi?
Jika kita
memperhatikan ayat sebelumnya yaitu pada ayat yang kedua, maka kita mendapati
bahwa keberanian itu timbul bukan karena bualan dan kesombongan pribadi yang
mengungkapkan bahwa kita adalah seorang yang hebat melainkan karena iman kepada
Allah. Jadi ungkapan “kita tidak akan takut” adalah ekspresi dan implementasi
iman kepada Allah dan bukan bentuk
kesombongan. Mari kita perhatikan bagaimana iman itu melahirkan keberanian yang
begitu fenomenal:
1. Adanya
Pengakuan Iman Bahwa Allah Adalah Tempat Perlidungan dan Kekuatan (Ay. 2a).
Pengakuan ini telah membentuk karakter keimanan
penulis Mazmur ini sehingga timbulah sebuah ungkapan “sebab itu kita tidak akan takut…”. Iman itu telah memimpin ia
memposisikan dirinya dengan benar di hadapan TUHAN sehingga timbulah sebuah
pengakuan bahwa Tuhan adalah tempat perlidungan dan kekuatan pada masa-masa
yang menakutkan seperti pristiwa alam yang diungkapkan pada ayat ketiga dan
keempat tadi.
Tidak ada tempat yang lebih aman dan nyaman selain kita
berlindung kepada TUHAN, di mana kita juga dapat memperoleh kekuatan sehingga
dapat memandang semua hal-hal yang menakutkan menjadi hal yang biasa-biasa
saja. Dunia boleh menimbulkan efek ketakutan kepada kita, tetapi iman kepada
Kristus akan segera melumpuhkan ketakutan itu, sehingga kita juga dapat berkata:
“kita tidak akan takut”.
2. Adanya
Pengalaman Iman Bahwa Allah Adalah Penolong dalam Kesesakan (Ay. 2b).
Selain adanya pengakuan iman kepada Allah, penulis
Mazmur ini juga telah mengalami sebuah perjalanan iman bersama dengan TUHAN
sehingga hal itu menjadi pengalaman iman pribadinya sebagaimana kesaksiannya
bahwa, Allah adalah sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti.
Artinya bahwa, penulis Mazmur ini pernah mengalami
suatu masa-masa yang sulit, suatu keadaan yang melumpuhkan kekuatannya sehingga
ia tidak berdaya, ia menyebutnya sebagai “kesesakan”.
Dalam kondisi yang demikian, Allah menyatakan kebesaran kuasa-Nya yang memimpin
dia kepada jalan kemenangan. Maka tepatlah seperti apa yang dikatakan dalam 2
Korintus 12:9, “Cukuplah
kasih karunia-Ku bagimu , sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi
sempurna. Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa
Kristus turun menaungi aku.”
Jadi Pernyataan “kita
tidak akan takut” bukan pernyataan tanpa dasar dan bukan sebagai bualan dan
bentuk kesombongan, tetapi lahir dari sebuah pengakuan dan pengalaman iman
bersama TUHAN, yang memimpin kepada kemenangan atas persoalan. Lalu apakah
karena kita sudah beriman kepada TUHAN, kita dapat menabrakkan diri dengan
bahaya? Tidak sama sekali. Iman memimpin kita kepada hikmat untuk membedakan
mana yang baik dan yang buruk, yang boleh dan yang tidak boleh. Seperti iman penulis
Mazmur ini, yaitu kepercayaan akan perlindungan dan pemeliharaan TUHAN dalam
bahaya atau dalam masa-masa sulit. Sama
juga halnya dengan situasi yang kita alami sekarang ini, kita harus percaya akan
perlindungan dan pemeliharaan TUHAN, dan tidak boleh menabrakkan diri dengan
bahaya COVID-19 karena menganggap kita beriman kepada TUHAN, karena itu justru akan
menunjukkan kebodohan kita. TUHAN Yesus memberkati.
No comments:
Post a Comment