PERJUMPAAN YANG MEMULIHKAN

Scripture: Markus 2:13-17; Lukas 5:27-32

A. PENDAHULUAN
Adalah Matius yang disebut juga sebagai Lewi yang mungkin lebih tepat adalah Matius orang Lewi, seorang berdosa dan pemungut pajak mengalami perjumpaan dengan TUHAN YESUS. TUHAN YESUS mendapati Matius orang Lewi itu sedang sibuk dengan profesinya sebagai penagih pajak kepada masyarakat, lalu TUHAN memanggil dia “ikutlah Aku”, lalu ia bergegas meninggalkan segalanya untuk mengikut YESUS (Mrk. 2:14; Luk. 5:28).

Perjumpaan itu ditandai dengan kesiapan hati untuk merespon panggilan TUHAN dan ketaatan mengikuti kehendak-Nya, tanpa banyak pertanyaan dan keraguan.

Jikalau kita melihat dari sudut pandang manusia (dunia) bukankah lebih menguntungkan jika Matius orang Lewi itu diam saja dan melanjutkan profesinya sebagai pemungut pajak? Mengapa dia merespon begitu cepat dan tidak mempertimbangkan keputusannya untuk meninggalkan pekerjaannya? Tentu ini menjadi pertanyaan yang besar juga bagi kita dan sekaligus sebagai tantangan tersendiri untuk dapat mengambil keputusan yang sama untuk merespon panggilan TUHAN.

Banyak orang sibuk dengan pekerjaannya, yang sesungguhnya tidak akan menimbulkan kerugian besar kalau mereka menyisihkan waktunya untuk merespon panggilan TUHAN dan mengalami perjumpaan dengan-Nya. Tergoda dan terobsesi dengan keuntungan yang besar yang sudah menyemat dalam hati, sehingga menggagalkan langkahnya mengalami perjumpaan dengan TUHAN. Pada akhirnya “takut ngetel payu mekebyos” istilah dalam bahasa Bali, “takut kehilangan sedikit, akhirnya rugi besar”.
Berbeda dengan perjumpaan Matius orang Lewi itu dengan TUHAN YESUS, dia tinggalkan segalanya tanpa takut rugi, karena perjumpaan itu telah mengubahkan totalitas kehidupannya, mengalami pemulihan dan mengikut YESUS.

B. IDE POKOK/ CONTENT
Bagaimana pemulihan itu terjadi setelah perjumpaan Matius orang Lewi itu dengan TUHAN YESUS? Kita akan melihat pemulihan yang sangat signifikan terjadi, yaitu:

1. Perjumpaan Dengan Tuhan Yesus Memulihkan Cara Hidup Yang Lama Untuk Kehidupan Yang Baru (Mrk. 2:13-14; Bdk. Luk. 5:27-28).

Perjumpaan dengan TUHAN YESUS telah merobek semua tatanan kehidupan yang selama ini dibangun dengan perjuangan tanpa memandang salah ataupun benar, yang penting adalah menguntungkan diri sendiri. Perjumpaan itu menciptakan sebuah lembaran baru yang yang kosong dengan pilihan yang tentunya tidak mudah dan sangat menantang, yaitu memenuhi panggilan TUHAN YESUS “ikutlah Aku.”
Keputusan yang diambil adalah keputusan yang tidak popular dan pasti sama sekali tidak akan mendapat restu dan dukungan dari dunia (orang sekitarnya), meninggalkan zona yang nyaman dan mulai hidup dengan pilihan yang penuh dengan tantangan.

Pemulihan itu nampak ketika Matius Orang Lewi itu memilih meninggalkan cara hidup yang lama, yaitu cara hidup yang menguntungkan diri sendiri, melupakan cara hidup yang cendrung cinta diri dan hidup jauh dari pada pada mengasihi TUHAN (jauh dari hidup yang beribadah) dan sekarang beralih kepada kehidupan yang baru, yaitu mengikut dan melayani TUHAN (Luk. 5:28).

Sudah berapa lama kita menjadi pengikut TUHAN YESUS? Namun pola kehidupan yang lama masih menyemat dalam hati kita, dan masih cendrung memilih cinta diri dan mengabaikan panggilan TUHAN, takut kehilangan waktu kita walau sejenak untuk berjumpa dengan TUHAN karena urusan-urusan yang sebenarnya bisa kita ditinggalkan.

Tidak ada cerita dalam Alkitab murid-murid TUHAN YESUS menderita kekurangan karena keputusannya untuk melayani-TUHAN, meninggalkan segalanya termasuk pekerjaannya.

2. Perjumpaan Dengan Tuhan Yesus Memulihkan Karakter Hidup Yang Lama Untuk Kehidupan Yang Baru (Luk. 5:29).

Seorang Pemungut Cukai/ penagih Pajak dikenal sebagai orang yang tidak peduli dengan sesamanya, setiap kali ia memperoleh keuntungan demi keutungan dari seseorang dan menimbunnya sebagai harta pribadi.
Lukas 19:8, ada sebuah pengakuan dari seorang penagih pajak yang bernama Zakheus ketika mengalami perjumpaan dengan TUHAN YESUS; “Tetapi Zakheus berdiri dan berkata kepada Tuhan: "Tuhan, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat.”

Tamak dan tidak pernah merasa puas diri sebelum mengalami perjumaan dengan TUHAN YESUS. Menutup diri terhadap keberadaan orang lain yang hidup dalam kekurangan dan keterbatasan. Itulah karakter mereka, namun setelah perjumpaan dengan TUHAN, ada pemulihan karakter yang sangat signifikan. Hatinya yang tertutup, kini terbuka oleh karena Kristus.
Matius orang Lewi itu tidak tanggung-tanggung mengeluarkan pembendaharaannya untuk merayakan perjumpaannya dengan TUHAN, ia menjamu TUHAN YESUS berserta dengan kawan-kawan seperjungannya dalam meraup keuntungan dari hasil menagih pajak (orang-orang berdosa) sehingga menuai portes dari kalangan orang-orang Farisi dan ahli Taurat (Ay. 16), dan jawaban TUHAN YESUS membuat mereka bungkam (Ay. 17).

Itulah tanda orang yang mengalami perjumpaan dengan TUHAN. Ada pemulihan dalam hidupnya. Karakter yang merusak, rakus dan tamak ditinggalkan dan memulai hidup baru bersama TUHAN YESUS.

C. KESIMPULAN
Tanda dari orang yang mengalami perjumpaan dengan TUHAN YESUS secara pribadi adalah mengalami perubahan cara dan karakter hidup yang lama kepada kehidupan yang baru.
TUHAN YESUS memanggil kita orang-orang berdosa untuk mengikut Dia, kata-Nya “ikutlah Aku”. Meninggalkan semua hal yang hanya menguntungkan diri sendiri, dan memulai lembaran hidup baru bersama dengan TUHAN.

D. PENERAPAN
Hal ini mengajar kita sebagai pengikut TUHAN YESUS, supaya lebih taat kepada TUHAN, merespon kehendak-Nya dalam hidup kita melalui kepekaan mendengar suara-Nya (Firman TUHAN), dan ketaatan beribadah, mengalami perjumpaan dengan TUHAN YESUS secara pribadi.

Perjumpaan kita dengan TUHAN akan mengikis pola kehidupan dan karakter kita yang lama untuk memulai hidup baru bersama TUHAN. Pemulihan tidak akan terjadi kalau hanya niat saja tetapi tidak melaksanakannya. Jangan sampai gagal mengalami perjumpaan dengan TUHAN karena kecendrungan kepada cinta diri (melihat apa baik dan menarik menurut pandangan sendiri) dan tidak taat melakukan printah-perintah-Nya, sehingga TUHAN berfirman “di manakah engkau”? (Kej. 3:1-13). TUHAN YESUS Memberkati.

YANG BEGINI BELUM PERNAH KITA LIHAT

Scripture: Markus 2: 1-12

A. PENDAHULUAN
Sekali mendayung, dua, tiga pulau terlampau, itulah yang dapat menggambarkan nats perikop pembacaan kita dalam Markus 2:1-12. Pribahasa ini secara sederhana dapat diartikan bahwa, dalam satu tindakan banyak pekerjaan dapat diselesesaikan. Itulah yang terjadi dengan TUHAN YESUS dalam perjalanan-Nya untuk memberitakan firman TUHAN. Ia sedang berada dalam suatu rumah di Kapernaum, Ia hanya bermaksud untuk mengajar beberapa orang yang ada di situ, namun kabar tentang kehadiran-Nya tidak dapat dibendung, sehingga massa memadati tempat itu, yang datang dari berbagai kalangan atau lapisan masyarakat termasuk para pemimpin agama termasuk juga ahli Taurat.

Kedatangan TUHAN YESUS ke Kapernaum untuk mengajar atau memberitakan firman TUHAN disambut antusiasme masyarakat, bahkan ada yang datang untuk disembuhkan yang menambah panas suasana, ketika TUHAN menyatakan diri-Nya sebagai pribadi yang berkuasa dan mendemontrasikan kuasa-Nya di hadapan mereka. TUHAN YESUS melakukan beberapa hal sekaligus selain mengajar, Ia juga melakukan penyembuhan dan secara tidak langsung Ia telah menyatakan diri-Nya adalah TUHAN yang berkuasa dalam menjawab keraguan para pemimpin agama pada waktu itu.

Ketika Ia mendemontrasikan kuasa-Nya yang sekaligus menyatakan siapakah diri-Nya kepada semua orang yang hadir, melalui pengajaran, perkataan dan tindakan-Nya, banyak orang merasa kagum dan takjub yang melatarbelakangi suatu pernyataan “yang begini belum pernah kita lihat.” Apa yang mereka lihat dan saksikan adalah sesuatu yang sangat asing di mata mereka, atau sama sekali belum pernah mereka lihat.

B. IDE POKOK/ CONTENT
Ada sesuatu yang sangat penting yang perlu kita ketahui bersama sebagai orang yang percaya kepada TUHAN YESUS sehubungan dengan pernyataan “yang begini belum pernah kita lihat.”

1. YESUS BUKANLAH PEMIMPIN AGAMA, TETAPI ADALAH PEMIMPIN KEPADA KEBENARAN (Ay. 1-5).

Kedatangan TUHAN YESUS ke Kapernaum bertujuan untuk mengajar dan memberitakan firman TUHAN. Ia berjalan bersama murid-murid-Nya yang baru beberapa waktu lamanya dipilih untuk menyertai-Nya. YESUS datang tidak dengan menebar pesona supaya banyak orang bersimpati pada-Nya, tetapi karena pengajaran-Nya yang memimpin semua orang kepada kebenaran, yaitu firman TUHAN (Bdk. Mrk. 1:21-22).

Pengajaran-Nya yang penuh wibawa (Mrk. 1:21-22), kuasa-Nya yang mahahebat, semua tunduk dibawah perintah-Nya termasuk setan dan penyakit (Mrk. 1:23-26; 2:11-12) telah menarik perhatian banyak orang datang berkumpul untuk mendengarkan-Nya, sehingga tempat di mana Ia mengajar penuh sesak, sehingga ada empat orang yang sedang membawa orang sakit lumpuh tidak dapat masuk menemui TUHAN YESUS, sehingga mereka mencari jalan lain.

Kondisi yang demikian dijadikan kesempatan oleh TUHAN YESUS, bukan saja untuk mengajar Firman TUHAN, tetapi juga mengajar mereka mengenal Allah melalui tindakan dan perbuatan-Nya yang berkuasa mengampuni dosa dan menyembuhkan orang yang sakit. TUHAN YESUS memimpin mereka kepada kebenaran, yaitu mengenal Allah di dalam pribadi YESUS yang berkuasa di hadapan semua orang yang ada pada waktu itu termasuk para pemimpin agama (ahli Taurat) yang belum paham dan belum bisa melihat dengan mata hati mereka bahwa kebenaran yaitu Allah yang berkuasa ada di depan mereka.
Tindakan dan kuasa-Nya telah menyemat rasa takjub yang dalam terhadap orang-orang yang hadir pada waktu itu, melihat dan menyaksikan sesuatu yang tidak dapat dilakukan oleh manusia biasa, sehingga timbul pernyataan bahwa: “yang begini belum pernah kita lihat.”

2. YESUS BUKANLAH MANUSIA BIASA, TETAPI ADALAH ALLAH YANG BERKUASA (Ay. 6-10).

Ada tiga hal penting yang dapat membuktikan bahwa manusia tidak dapat melakukan seperti yang TUHAN YESUS lakukan, yang menandakan bahwa Ia bukanlah manusia biasa, tetapi adalah Allah yang berkuasa:

Pertama: YESUS berkuasa mengampuni dosa. Dosa adalah urusan manusia dengan TUHAN, yang dapat menyelesaikan urusan dosa adalah TUHAN, melalui sarana iman seseorang yang diampuni (Ay. 5). Manusia tidak dapat meyelesaikan dosa sesamanya terhadap TUHAN. Berdasarkan pemahaman mereka, hanya Allah yang berkuasa mengampuni Dosa. Itu benar, dan seratus persen benar, YESUS mengampuni dosa karena YESUS bukan manusia biasa tetapi Allah yang berkuasa.

Kedua: YESUS dapat mengetahui atau membaca pikiran seseorang. Hanya TUHAN yang dapat mengetahui jalan pikiran manusia tanpa membuat orang itu kehilangan kesadaran (Ay. 6).

Ketiga : YESUS hanya dengan berkata, maka segala sesuatu terjadi atau apa yang dikehendaki terjadi (Ay. 10b-11). Tanpa Mantra, tanpa obat, tanpa ritual, hanya dengan berfirman, orang lumpuh itu sembuh.
Berdasarkan fakta dan kebenaran itu, timbullah sebuah pernyataan bahwa “yang begini belum pernah kita lihat.” Karena memang hanya Allah yang dapat melakukan hal-hal yang demikian. Sekalipun di antara mereka ada pemimpin-pemimpin agama yang setiap kali mengajar mereka, namun tidak pernah melihat peristiwa yang menankjubkan, karena mereka hanyalah manusia biasa.

C. KESIMPULAN
Apa yang baru mereka lihat adalah sesuatu yang bukan dibuat dan dilakukan oleh manusia, itu adalah tindakan dan perbuatan Allah untuk memimpin setiap orang kepada kebenaran untuk mengenal Allah yang berkuasa dalam pribadi TUHAN YESUS.

Manusia tidak dapat mengambil hak TUHAN untuk mengampuni dosa sesamanya. Manusia tidak dapat mengetahui pikiran seseorang kecuali TUHAN. Manusia tidak dapat melakukan mujizat dalam sekejap, tanpa mantra, ritual dan lain sebagainya kecuali Allah menghendaki-Nya. Hanya YESUS yang dapat melakukan semua itu, karena Dia adalah Allah yang berkuasa.

D. PENERAPAN
Sebagai umat TUHAN yang percaya kepada TUHAN YESUS Kristus sebagai pemimpin kepada kebenaran dan juga sebagai Allah yang berkuasa, yang terus bekerja sampai hari ini untuk memperlihatkan hal-hal yang baru kepada kita, mari kita tetap pelihara iman dan keyakinan kita kepada-Nya dan semakin taat melakukan kehendak-Nya. TUHAN YESUS memberkati.

KEMATIAN ORANG PERCAYA

Scripture: Mazmur 116:15; Fil. 1:21

A. PENDAHULUAN
Dilihat dari sudut pandang dunia, kematian adalah akhir dari segala sesuatu. Kematian menyebabkan berhentinya semua aktivitas kehidupan makhluk hidup tanpa terkecuali adalah manusia. Bagi sebagian orang kematian dipandang sebagai sesuatu yang menakutkan, baik yang akan mengalami kematian maupun orang sedang membayangkan sesuatu tentang kematian itu sendiri.

Ketidaksiapan diri untuk mengakhiri semua perjuangan di dunia ini untuk masuk kepada dimensi kehidupan yang berbeda melalui sebuah kematian adalah salah satu penyebab terbesar orang itu takut mati, dan masih banyak penyebab lainya juga yang mengambil peran penting menambahkan rasa takut itu terhadap kematian. Namun kalau kita memandang kematian itu dari sudut pandang iman Kristen, kematian bukanlah sesuatu yang menakutkan. Kematian adalah awal dimulainya babak kehidupan yang baru, yaitu kehidupan pada dimensi kekekalan.

Kematian tidak perlu menjadi momok yang menakutkan, sebab semua orang akan sampai pada titik itu. Manusia tidak dapat meminta kepada TUHAN untuk menunda atau mempercepat kematian seseorang. Semua yang ada di dunia ini sudah diatur dan ditetapkan oleh TUHAN dalam kemasan sang waktu, termasuk hidup dan matinya manusia (Pkh. 3:1-2).

Istilah kematian dalam pandangan Iman Kristen adalah “dipanggil TUHAN” atau “Pulang Ke Rumah Bapa”. Istilah ini untuk memperhalus kesedihan dan kepedihan yang disebabkan oleh kematian karena memberi arti bahwa orang-orang meninggal dalam TUHAN adalah orang-orang yang sedang menghadap TUHAN dan hidup bersama Dia untuk selama-lamanya, sehingga kematian itu bukan lagi sesuatu yang menakutkan tetapi memberi penghiburan.

Hari ini Firman TUHAN memberikan kekuatan kepada setiap kita bahwa, kematian bukanlah sesuatu yang menakutkan, melainkan adalah sesuatu yang akan membawa kita kepada babak kehidupan yang baru, dengan nilai-nilai kehidupan yang abadi, penuh arti karena kasih TUHAN kepada umat-Nya (Mzm. 116:15).
Dengan demikian, kita dapat menyimpulkan bahwa, kematian orang yang dikasihi TUHAN atau orang yang percaya adalah kematian yang memberikan penghiburan, bukan kematian yang menakutkan.

B. IDE POKOK
Kita akan melihat makna kematian yang memberi penghiburan bagi orang percaya atau orang yang dikasihi TUHAN.

1. KEMATIAN ORANG PERCAYA ADALAH KEMATIAN YANG INDAH/ KEMATIAN ITU INDAH (Mzm. 116:15).

Mengapa dikatakan bahwa kematian orang percaya itu indah? Firman TUHAN mengajar dan memberi pemahaman kepada kita bahwa kematian itu berharga di mata TUHAN.

Kata berharga dalam bahasa Ibraninya adalah “Yawkhar” yang juga berarti mahal, mulia, indah, cemerlang dan baik sekali. Suatu keadaan yang tidak mungkin manusia biasa dapatkan dengan usaha dan perjuangannya sendiri, tetapi inilah bagian orang yang dikasihi oleh TUHAN.

Kematian orang percaya meninggalkan kehidupan yang dikemas dalam danging kepada kehidupan dalam roh. Daging kembali menjadi tanah dari mana manusia itu diambil dan roh kembali kepada Allah (Pkh. 12:7). Roh orang yang mati kembali kepada Allah menggambarkan bahwa kehidupan setelah kematian adalah kehidupan bersama Allah. Itulah harga yang tidak ternilai, mulia, agung dan yang sempurna, yang TUHAN berikan. TUHAN YESUS berkata bahwa; “Supaya di mana Aku berada kamu berada” (Yoh. 14:3).

2. KEMATIAN ORANG PERCAYA ADALAH KEMATIAN YANG MENGUNTUNGKAN/ KEMATIAN ADALAH KEUNTUNGAN (Fil. 1:21)

Rasul Paulus mengatakan bahwa; “Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan”. Dalam ayat ini Rasul Paulus menyebut bahwa mati adalah keuntungan. Apakah pengharapan Rasul Paulus bahwa ia akan memperoleh yang lebih baik setelah kematian? Tentu itulah iman dan harapannya sebagai pribadi yang dikasihi oleh TUHAN. Ungkapan Rasul Paulus sangat sejalan dengan apa yang dikatakan oleh pemazmur tadi bahwa “kematian itu indah dan berharga di mata TUHAN”.

Kita dapat melihat dari dua sisi keutungan yang dimaksudkan oleh Rasul Paulus. Pertama adalah kematian akan mengakhiri semua penderitaan di dunia ini, namun bukan berarti Rasul Paulus ingin lari dari tanggung jawab karena penderitaan. Ungkapan Rasul Paulus adalah ungkapan iman, mati adalah keuntungan dan hidup adalah Kristus. Kedua adalah bahwa kematian akan mengantarkan seseorang kepada dimensi kehidupan bersama Allah, memperoleh bagian yang disediakan oleh TUHAN bagi orang-orang yang percaya kepada-Nya.

Kematian orang percaya adalah membuka pintu gerbang kehidupan, meninggalkan dunia fana yang penuh penderitaan dan memasuki kehidupan baka yang penuh dengan kebahagian bersama dengan TUHAN. Itulah kematian orang yang percaya dalam TUHAN.
Kematian bukan hal yang menakutkan, melainkan adalah sebuah keuntungan yang tidak dapat diukur oleh apapun yang kita miliki di dunia ini.

C. KESIMPULAN
Kematian orang percaya adalah kematian yang memberi penghiburan, kematian orang percaya adalah kematian yang indah dan menguntungkan, mengakhiri semua penderitaan di dunia ini dan masuk kepada dimensi kehidupan yang baru bersama TUHAN dalam kekekalan

Semua orang yang mati dalam TUHAN adalah kematian yang memiliki makna atau berharga dan menguntungkan. Berhagialah orang-orang mati, yang mati dalam TUHAN, … supaya mereka boleh beristirahat dari jerih lelah mereka, karena segala perbuatan mereka menyertai mereka” (Why. 14:13).

D. PENERAPAN
Kematian orang percaya bukanlah kematian yang menakutkan, oleh karena itu mari kita bersyukur kepada TUHAN yang empunya hidup ini dan semakin dekat kepada TUHAN selama Ia mengijinkan kita hidup di dunia ini, sehingga ketika kita memasuki dimensi kehidupan yang baru melalui kematian, kita mendapat bagian seperti yang TUHAN sudah siapkan bagi orang-orang yang percaya kepada-Nya. TUHAN YESUS memberkati.

PERJUMPAAN YANG GAGAL

Scripture: Kejadian 3:1-10

A. PENDAHULUAN
Dalam konteks pembacaan Alkitab pada hari ini, kita dapat melihat sebuah peristiwa yang pernah terjadi di awal sejarah perjalanan hidup manusia di bumi. Manusia diciptakan begitu sempurna dan memiliki persekutuan dangan TUHAN yang memungkinkan manusia mengalami perjumpaan dengan TUHAN secara pribadi.

Perjumpaan dengan TUHAN menggambarkan sebuah hubungan yang dekat atau keadaan yang sangat harmonis. Perjumpaan itu bukan hanya sekedar dirancang untuk bertatap muka melainkan lebih dari pada itu adalah untuk persekutuan.

Pada waktu TUHAN hendak berjumpa dengan manusia di Taman Eden di mana sesungguhnya akan terjadi persekutuan dengan TUHAN, yaitu pada hari sejuk (Ay. 8), TUHAN tidak mendapat manusia di tempat itu, lalu TUHAN berseru memanggil mereka "Di manakah engkau? (Ay. 9).
Terjadinya gagal perjumpaan antara manusia dengan TUHAN, berakibat pada gagal persekutuan. Memang kalau diukur secara jarak dan waktu terjadi perjumpaan, namun perjumpaan itu sudah tidak lagi ditandai dengan persekutuan yang menggambarkan kedekatan manusia dengan TUHAN. Sudah terjadi rongga pemisah, yang menghancurkan keharmonisan dan menguburkan harapan manusia untuk menikmati damai sejahtera dan apa yang baik dari TUHAN. Itulah yang dapat disebut gagal perjumpaan dengan TUHAN.

B. CONTENT/ IDE POKOK
Dalam konteks pembacaan Kitab Suci ini, kita akan melihat beberapa penyebab gagalnya perjumpaan manusia dengan TUHAN atau gagalnya persekutuan manusia dengan TUHAN.

1. DIMULAI DARI KEINGINAN DIRI YANG TIDAK TERBENDUNG (AY. 1-6A).

Dari dialog antara manusia dengan iblis, nampak bahwa setan sedang berusaha untuk menghasut manusia untuk mengikuti kehendaknya yang bertentangan dengan kehendak TUHAN. Iblis memanfaatkan kelemahan manusia, dengan mengubah cara pandang dan pola berpikir manusia, sehingga manusia memiliki pandangan atau pemahaman yang berbeda tentang dirinya sebagai makhluk ciptaan TUHAN, yaitu menjadi sama seperti Allah (Ay. 5).

Pemahaman yang salah tentang diri dan kehendak Allah membuat manusia tidak bisa hidup dalam penguasaan diri sehingga timbul keinginan yang tidak terbendung untuk menjadi manusia yang sama seperti Allah. Manusia hanya berpikir kebaikan untuk dirinya sendiri dan mengabaikan kehendak Allah.
Manusia mulai jatuh cinta dengan dirinya sendiri dan akibatnya lupa dangan peraturan yang TUHAN sudah tetapkan. Manusia melihat dari sudut pandang dunia, semua menarik dan baik bagi dirinya, apalagi melihat bahwa tidak ada tanda-tanda kematian jika ia melanggar larangan TUHAN (Kej. 2:9).
Alhasil, manusia semakin jauh dari hadapan TUHAN. Manusia merusak pertemuan/persekutuan rutinnya dengan Allah pada waktu hari sejuk. Manusia tidak dapat mengalami perjumpaan dengan TUHAN secara Pribadi.

Banyak keinginan manusia yang menyebabkan mereka kehilangan persekutuan dengan TUHAN, mengedepankan kesenangan diri dan mengabaikan kebutuhan diri akan kehadiran TUHAN dalam hidupnya. Mungkin saja, badannya nampak beribadah tapi hatinya jauh dari hadapan TUHAN.
Apakah keinginan saudara menggagalkan perjumpaanmu dengan TUHAN? Jika ya, maka saudara akan kehilangan berkat.

2. DIMULAI DARI KETIDAKTAAN TERHADAP KEHENDAH TUHAN (AY. 6B).

Dari Keinginan diri yang sudah berkembang dan berkuasa atas hidup manusia, akhirnya ia kehilangan kesadaran diri. Terpana oleh gemerlapnya kesenangan diri, terbuai dalam alunan merdu bujuk rayu sang penguasa kejahatan dalam rayuan gombalnya yang manis di bibir, sedap didengar dan nyaman dirasakan namun membinasakan.

Manusia jatuh ke dalam perangkap mencintai diri pada akhirnya mengabaikan perintah Sang Pengusuasa Kehidupan yang penuh kasih, romantis dan yang setia datang menjumpainya dalam kesetiaan untuk bersekutu pada waktu hari sejuk.

Tanpa rasa ragu, tanpa pertimbangan, manusia itu perlahan menggali lobang dalam ketidaksadarannya menguburkan harapan dan mengantarkanya ke pada masa depan yang suram, yaitu kehilangan segala yang baik dari TUHAN (Kej. 3:22-24). Itulah awal dari kesusahan manusia akibat dari ketidaktaatannya melakukan perintah TUHAN. Manusia semakin jauh dan semakin tidak mungkin dapat berjumpa dengan TUHAN, kecuali jika TUHAN menhendakinya.

C. PENUTUP
Ketika manusia gagal berjumpa dengan TUHAN, TUHAN berfirman "di manakah engkau?". Kegagalan itu bukan karena kesibukan TUHAN, ada kunjungan kerja yang tidak bisa ditinggalkan, atau mungkin banyak tamu istimewa, tetapi oleh karena manusia menghindar dari hadapan TUHAN. Ketika derap langkah TUHAN terdengar sebagai pertanda kehadiran-Nya, manusia mulai ketakutan dan pergi menjauh dari TUHAN. (Ay. 8).

1. KESIMPULAN
Kegagalan manusia berjumpa dengan TUHAN dalam persekutuan semua berawal dari tindakan manusia yang tidak seturut dengan kehendak Allah. Keinginan manusia terlalu besar untuk mencintai diri, mengedepankan kesenangan diri dan mengabaikan perintah TUHAN untuk bersekutu. Keinginan memanjakan diri dan keluarga dengan menghibur diri dengan apa yang dipandang baik dan menarik tetapi lupa dengan TUHAN. Semua keinginan diri menenggelamkan hasrat untuk berjumpa dengan TUHAN dan mengabaikan perintah-perintah-Nya.

2. PENERAPAN
Sebagai umat TUHAN yang sadar akan kebutuhan kita dengan TUHAN, mari manata hidup kita dengan baik, mengatur waktu-waktu kita untuk bersekutu dengan TUHAN, dan jangan sampai kita kehilangan persekutuan dengan TUHAN. Mari bertekun untuk memenuhi panggilan TUHAN untuk bersekutu dengan-Nya, sebab Ia selalu siap untuk menjumpai kita setiap waktu, waktu yang sedap dan sejuk untuk kita bersama dengan TUHAN. TUHAN YESUS Memberkati.

Amourously Of Christ:
KeTUT MARDIASA (Ardie)
Terima Kasih atas kunjungan dan dukungan anda. TUHAN Yesus memberkati. Semua Artikel dan Renungan yang ada di blog ini, boleh disalin/ dicopy tanpa ijin. Berikan Komentar dengan sopan dan dukung terus untuk kemuliaan nama TUHAN Yesus Juruselamat kita. Salam Dalam Kasih Kristus.

Contact Form

Name

Email *

Message *